Kau pergi, bukan karena tak cinta,
tapi karena amarah yang membakar logika.
Kata-kata yang meluncur tanpa jeda,
menjadi senjata, mengoyak rasa.
Aku duduk dalam sunyi yang kau tinggalkan,
menyulam ulang kenangan yang perlahan berkarat.
Apakah hatimu tak sempat menoleh ke belakang,
melihat cinta yang kini jadi bangkai hangat.
Kau memilih pergi saat luka masih basah,
dan aku, tak diberi waktu untuk menjelma maaf.
Amarahmu menjadi jalan tanpa pulang,
sementara aku tersesat dalam kenangan yang bimbang.
Apakah kau tahu,
bahwa cinta tak selalu butuh menang?
Kadang cukup diam, memeluk luka,
bukan meninggalkan yang masih berharap pulih bersama.
Kini aku belajar,
bahwa kehilangan bukan hanya tentang tiada.
Tapi tentang seseorang yang memilih menjauh,
bukan karena tak cinta, tapi karena terlalu terluka.
Kau meninggalkanku, demi amarahmu...
Dan aku di sini, menunggu
bukan untuk kau kembali,
tapi hanya sekedar memeluk luka kita.