Semarang - Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi strategi pengendalian yang telah masuk ke Stranas (Strategi Nasional). Sehubungan dengan hal tersebut Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia sebagai inovasi penangulanganan DBD yang akan dilaksanakan di 5 kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Kota semarang menjadi kota pertama yang akan memulai implementasi inovasi teknologi wolbachia ini dan nantinya akan diikuti oleh 4 kabupaten/ kota berikutnya.
“Semarang sebenarnya berada di posisi tengah pada kasus DBD terbanyak dari kelima kota tersebut, namun Semarang ini paling maju dan paling berani walikota dan timnya. Walaupun di tengah-tengah tapi lebih progresif, jadi Semarang ini menjadi kota pertama untuk Implementasi Pilot Project Wolbachia,” ungkap Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.
“Masuknya virus demam berdarah dari nyamuk yang bernama aedes aegypti, yang harus dicari tahu bagaimana cara mecegahnya agar tidak digigit nyamuk, jangan hanya fokus kepada pengobatannya saja, tapi dicoba dengan pecegahannya. Pencegahan ini ada dua cara yaitu yang pertama dengan vaksinasi supaya saat di gigit kita kuat, yang kedua adalah nyamuknya kita bikin mandul dengan wolbachia. Jadi pencegahannya itu dengan vaksinasi dan wolbachia, wolbachia juga sudah dimulai pada tahun 2011,” tambah Menteri Kesehatan RI. Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan bibit nyamuk mengandung wolbachia akan disebar di Kecamatan Tembalang terlebih dahulu. Sebab, ada 235 kasus DD (demam dengue), dan 35 kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di Tembalang. “Mulai disebar sudah hari ini, tadi ada sekitar 7.000 (ember). Akan disebarkan khusus di Tembalang karena di Tembalang khusus termasuk paling besar atau tinggi DBD-nya. Akan dievaluasi setelah enam bulan sebelum ke daerah lain,” ungkap Ibu Walikota.
Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia. “Adapun agenda launching ini adalah adanya penandatanganan kerja sama antara Kemenkes RI dan Pemerintah Kota Semarang, kemudian ada penyerahan paket ember wolbachia dari Menteri Kesehatan kepada kader dan masyarakat di Kecamatan Tembalang sebagai tanda dimulainya implementasi wolbachia di Kota Semarang, kemudian dilanjutkan dengan peletakan ember wolbachia di rumah masyarakat di wilayah Kecamatan Tembalang,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS.
Wolbachia adalah bakteri alami yang umum ditemukan di hewan arthropoda atau serangga, dan mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Penelitian di Yogyakarta membuktikan bahwa teknologi ini mampu menurunkan 77% angka kejadian kasus Dengue dan mengurangi masuk RS sebesar 86%. Kementerian Kesehatan RI telah mengadopsi teknologi Wolbachia dengan melakukan pilot project di 5 kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Saya berharap, pilot project teknologi Wolbachia di Kota Semarang bisa menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa pengendalian dengue dapat berhasil bila menjadi komitmen bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah, mitra pembangunan, NGO dan akademisi.(p2p)