BEIJING, KesmasOnline - Kota Wuhan, China menggelar wisuda besar-besaran untuk lebih dari 11.000 siswa, setahun setelah kota itu menjadi titik awal pandemi global Covid-19 yang melanda dunia.
Para siswa dengan gaun biru tua duduk dalam barisan yang ramai, tanpa jarak sosial atau masker wajah, di bawah papan bertuliskan: "Menyambut lulusan 2020 kembali ke rumah. Semoga masa depan Anda cerah."
Menurut outlet berita lokal Hubei News, upacara diadakan di sebuah stadion di dalam kampus universitas dan dihadiri oleh lebih dari 11.000 mahasiswa. Outlet itu menulis bahwa lebih dari 3.000 orang tua diberikan kursi untuk menyaksikan anak-anak mereka lulus, sehingga jumlah total orang di stadion di atas 14.000.
Spanduk merah yang berisi bait dari puisi Cina kuno: "Lautan tak terbatas untuk ikan yang melompat" terpampang menyambut para siswa, demikian diwartakan Insider.
Lebih dari 2.200 orang pada upacara Minggu (13/6/2021) adalah lulusan yang tidak dapat menghadiri wisuda tahun lalu karena pembatasan virus yang ketat.
Siswa angkatan 2020 membuat postingan di Weibo, Twitter di China, untuk merayakan acara tersebut. Seorang siswa dengan menulis: "Saya kembali ke sekolah, memenuhi penyesalan karena tidak dapat lulus tahun lalu."
Siswa lain menulis: "Terima kasih kepada sekolah saya karena memberi kami, kelas 2020, upacara kelulusan."
Wisuda massal ini berlangsung di tempat yang sempat menjadi pusat penyebaran pandemi Covid-19 pada akhir 2019. Virus ini pertama kali terdeteksi di Ibu Kota Provinsi Hubei itu yang membuat 11 juta penduduknya dipaksa masuk ke mode penguncian selama 76 hari.
Pembatasan tidak dilonggarkan sampai April 2020, ketika kota mulai dibuka kembali setelah 76 hari ditutup, meskipun sekolah tetap tutup lebih lama.
Kota itu mengadakan upacara kelulusan terbatas tahun lalu, dengan Universitas Wuhan menyelenggarakan acara yang sebagian besar online pada Juni 2020, dengan para siswa dan guru yang hadir semuanya mengenakan masker.
Pihak berwenang China mengatakan COVID kurang lebih terkendali di negara itu.
Pembatasan terbaru di China terjadi setelah dua kasus dilaporkan pada 14 Juni di provinsi selatan Guangdong, yang memicu pembatasan perjalanan yang ketat, pengujian massal, dan dorongan vaksinasi. Pada April, wabah COVID skala kecil di Provinsi Yunnan barat daya juga ditanggapi dengan langkah-langkah pengujian massal yang agresif dan penguncian langsung di seluruh kota selama 72 jam.
China telah berhasil menjaga agar kasus komunitas yang ditularkan secara lokal seminimal mungkin dengan menempatkan semua pelancong ke negara itu di bawah prosedur karantina "14+7" hari yang ketat, di mana seseorang harus menghabiskan 14 hari di sebuah fasilitas dan satu minggu lagi untuk mengkarantina diri di rumah.
Sumber: okezone.com