Notification

×

Iklan

Iklan

LGBT Dalam Tinjauan Medis dan Islam

Selasa, 26 Januari 2016 | 09:30 WIB Last Updated 2019-12-01T15:22:38Z

Lagi ramai-ramainya LGBT, Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Bermula dari sekelompok anak-anak Universitas Indonesia yang membentuk konseling bagi LGBT. Pihak Universitas Indonesia secara resmi nyatakan, bahwa konseling itu bukan resmi dari pihak UI. Dan meminta untuk tidak menggunakan logo Makara UI.

Perihal penolakan resmi pihak Universitas Indonesia bisa di googling ya, mau ngasih link jaringan internetnya lagi lemot. 

Pertama saya akan kasih postingan bagi kelompok yang bisa saya sebut sebagai pendukung LGBT ya. Pendapat mereka seperti ini :  

"Setelah mulai mempelajari ilmu kedokteran, saya mendapatkan begitu banyak fakta medis mengenai Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Ternyata, kita ini semua terlahir abu-abu, dan bukan hitam-putih. Sayangnya, lingkungan dan budaya kita tidak diperkenalkan dengan situasi ini dengan baik".

Semenjak kecil, kita diperkenalkan melihat hal segala sesuatu secara dua sisi, dikotomis. Ya, kalau nggak, hitam, ya putih. Kalau nggak benar, ya salah. Kalau nggak lelaki, ya perempuan. Padahal, segala sesuatu seharusnya dilihat dengan kacamata spektrum, karena alam semesta ini memang abu-abu. Yang dimaksud dengan spektrum adalah melihat adanya kategori-kategori lain di kedua ujung yang paling ekstrem. Misalnya, jika kedua ujung ekstrem adalah hitam dan putih, di antara kedua ujung tersebut ada yang hitam keputih-putihan alias abu-abu yg hampir hitam, ada yang putih kehitam-hitaman alias abu-abu yang mendekati putih, ada pula yang abu-abu di tengah-tengah.

Semenjak kecil, kita diperkenalkan melihat hal segala sesuatu secara dua sisi, dikotomis. Masalahnya, ketika turun ke masyarakat, kita hanya mengenal lelaki dan perempuan saja, terbiasa dengan pemikiran dikotomis, sehingga kita tidak dapat menyikapi orang-orang yang memiliki kecenderungan berada di antaranya dengan baik. Ini salah. Bayangkan jika kita dikenalkan melihat segala sesuatunya sebagai spektrum sedari kecil, pasti kita akan jauh lebih rileks melihat keunikan-keunikan manusia.
***
Di saat saya mulai kenal ilmu psikiatri, ilmu kejiwaan, dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi kedua tahun 1984, di situ dijelaskan bahwa gay hanyalah dianggap penyakit kejiwaan apabila orang yang berkaitan mengalami depresi. Artinya, jika harus ‘disembuhkan’, yang disembuhkan bukan orientasi seksualnya, melainkan depresinya. Pedoman itu secara berkala disempurnakan sejalan dengan perkembangan ilmiah dunia kedokteran. Jadi, isinya akan selalu relevan dan dapat digunakan oleh semua dokter di Indonesia dan seluruh dunia. Kini, Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa sudah memasuki edisi keempat, dan gay, lesbian, biseksual, atau transgender sudah benar-benar bersih dari anggapan penyakit yang harus disembuhkan. Karena memang bukan penyakit. Tidak ada salahnya dengan manusia yang terlahir gay, lesbian, biseksual, atau transgender. Dari kacamata dunia kedokteran, tidak ada yang harus disembuhkan karena LGBT bukanlah penyakit.

Jadi, kalau ada dokter yang masih menganggap LGBT sebagai penyakit yang harus disembuhkan, saya bingung panduannya apa? Bukan dokter yang bilang begitu. Sebagai dokter kita harus selalu relevan dengan perkembangan, jangan ketinggalan jaman. Dari kacamata dunia kedokteran, tidak ada yang harus disembuhkan karena LGBT bukanlah penyakit.


Mengapa manusia bisa dilahirkan memiliki orientasi yang berbeda, sebagai bagian dari identitasnya? Identitas diri manusia didasarkan pada konstelasi otaknya, atau susunan saraf pada otaknya. Otak adalah organ pertama yang terbentuk saat manusia masih menjadi janin. Saat otak ini mulai berkembang di dalam janin, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti asupan ibunya, hormon bawaan orangtua, hormon bayinya sendiri, faktor genetik, dan sebagainya. Semua faktor-faktor ini mempengaruhi bentuk konstelasi sirkuit-sirkuit otak janin nanti akan seperti apa. Orang yang suka senyum memiliki konstelasi otak yang berbeda dengan orang yang gampang menangis. Dua orang kembar pun akan berbeda konstelasi otaknya. Konstelasi otak juga menentukan orientasi seksual.

Sebenarnya, orientasi seksual sama halnya dengan orientasi selera terhadap rasa. Ada orang yang suka manis. Ada orang yang suka asin. Ada pula yang suka dua-duanya. Menurut ilmu saraf, masing-masing orang memiliki konstelasi otak yang berbeda. Orang yang suka asin, memiliki konstelasi otak yang berbeda dengan orang yang suka manis. Begitu juga dengan orientasi seksual. Seorang pria yang menyukai pria memiliki konstelasi otak yang berbeda dengan pria yang menyukai wanita. Ini hanyalah masalah variasi normal dari otak manusia.

Mengatakan pria yang menyukai pria tidak normal sama saja mengatakan orang yang menyukai makanan manis itu tidak normal. Ini, kan, nggak adil. Kenapa nggak boleh?"

Demikian pendapat yang disampaikan oleh Dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS akrab disapa Dokter Ryu Hasan, dengan akun twitternya @Ryuhasan.

Sedangkan kelompok yang kontra dengan LGBT Saya ambil dari tulisan Jonru, Aktivis Sosial Media. Beginilah jonru mengatakan dalam akun Facebooknya :

Tentang LGBT, Hak Asasi Manusia, dan Hukum Alam
Oleh: @jonru 

Berhubung LGBT lagi rame dibicarakan, saya ingin memposting ulang sebuah status yang ditulis 10 bulan lalu. Namun saya revisi sedikit, agar sesuai dengan perkembangan terbaru.

Kebetulan saya punya sedikit pengetahuan (dari pergaulan, bacaan, dst) mengenai dunia LGBT, maka coba saya share di sini. Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk tujuan dakwah.

Sepanjang yang saya tahu, orang-orang yang memiliki kelainan seksual (suka sesama jenis) terbagi atas tiga golongan:

1. Ada di antara mereka yang cuma sebatas kecenderungan. Mereka punya kencenderungan suka sesama jenis, tapi tak mau memperturutkan kecenderungan tersebut, ingin hidup secara normal, sesuai ajaran agama.

2. Ada di antara mereka yang sadar bahwa hubungan sesama jenis itu berdosa, dilarang oleh agama. Namun mereka belum berhasil melawan godaan hawa nafsu, sehingga tergelincirlah ke lembah dosa. Karena masih sadar bahwa perbuatan tersebut dosa, peluang mereka untuk taubat dan kembali ke jalan yang benar Insya Allah sangat besar.

3. Ada di antara mereka yang menganggap bahwa hubungan sesama jenis itu sah-sah saja, pernikahan sesama jenis merupakan bagian dari HAM dan harus diperjuangkan.
Nah... PEMIKIRAN nomor 3 inilah yang harus kita lawan! Mereka inilah orang2 yang dengan penuh percaya diri menjadi aktivis LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender). Dan ternyata mereka pulalah yang selama ini mengkampanyekan slogan ‪#‎IndonesiaTanpaDiskriminasi‬.
Ternyata maksudnya adalah tanpa diskriminasi terhadap LBGT, tepatnya golongan nomor 3 di atas.

==================================================
Benarkah Hubungan Sesama Jenis Merupakan Bagian dari HAM?
==================================================

Bagi mereka, benar. Tapi bagi saya SALAH. Sebab justru hubungan sesama jenis itu melanggar HAM. Kok bisa?
Karena:
Tuhan sudah menakdirkan semua manusia itu berjodoh. Dan jodoh laki2 pasti perempuan. Tak mungkin Tuhan menjodohkan pria dengan sesama pria, wanita dengan sesama wanita.

Jika ada dua orang gay yang saling jatuh cinta lalu mereka menikah, sebenarnya TANPA SADAR mereka telah MERAMPAS hak asasi dua orang wanita untuk mendapatkan suami. Sebaliknya, jika ada dua orang lesbian saling jatuh cinta lalu mereka menikah, TANPA SADAR mereka telah MERAMPAS hak asasi dua orang pria untuk mendapatkan istri.
Itulah sebabnya kenapa saya menyebut pernikahan sesama jenis itu melanggar HAM.

==========================================
Hubungan Sesama Jenis Bisa Mengancam Kelestarian Umat Manusia
==========================================

Tentu saja. Karena pernikahan sesama jenis tak akan bisa menghasilkan keturunan. SALAH SATU tujuan pernikahan adalah untuk menghasilkan keturunan, untuk melestarikan populasi manusia di muka bumi ini. Pernikahan sesama jenis tentu saja tak bisa mewujudkan tujuan mulia ini.

======================================
Hubungan Sesama Jenis Melanggar Hukum Alam
======================================

Tentu saja melanggar hukum alam, karena hukum alam yang benar adalah pria menikah dengan wanita.
Manusia tak mungkin melawan hukum alam (kecuali atas izin Allah, karena tak ada yang tak mungkin bagiNya). Walau kita berhasil melawannya, itu cuma keberhasilan sementara. Pada titik tertentu, kita akan kalah dan harus kembali tunduk pada hukum alam.

Analoginya adalah seperti AIR MANCUR.
Air mancur adalah sebuah seni dan teknologi yang dibuat dengan cara melawan hukum alam gravitasi bumi. Pada awalnya berhasil, air mengalir ke atas, menjauhi pusat bumi. Tapi pada titik tertentu, sang air tak berdaya lagi. Dia menyerah, takluk pada hukum alam, dan berbalik mengalir ke arah pusat bumi.

Mungkin ada orang yang berhasil menikah sesama jenis. Mereka bahagia. Namun pasti, itu hanya KEBAHAGIAAN SEMU, hanya sementara, dan suatu saat nanti pasti berakhir. Bayangkan bila mereka sudah tua, sama-sama jadi kakek, hanya hidup berdua, tak ada keluarga lain yang menenami. Pasti hidup terasa hampa, entah apa tujuan hidup ini.

Kebahagiaan sejati tak akan tercapai melalui pernikahan sesama jenis. Karena MELAWAN HUKUM ALAM.

Lagipula, bukankah hubungan sesama jenis itu hukumnya haram dan termasuk perbuatan dosa?

==============================================
"Saya Ingin Sembuh, Kembali ke Jalan yang Benar"
==============================================

"Jika kamu suka sesama jenis, itu adalah ujian dari Allah. Karena itu ujian, harusnya kamu berusaha mengatasinya, agar bisa lulus. Kalau kamu memperturutkannya, itu artinya kamu mempertuhankan hawa nafsu." (Aa Gym)

Itulah salah satu nasehat Aa Gym mengenai LGBT yang pernah saya dengar. Sayangnya, banyak kaum LGBT yang lebih percaya pada anggapan bahwa menjadi LGBT itu takdir yang tak mungkin bisa diubah. Padahal apa sih yang tidak mungkin bagi Allah? Jika Anda mau berubah, Insya Allah PASTI BISA. Yang penting yakin dan mau berusaha.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Saya kira, ayat Al Quran di atas BERLAKU UNIVERSAL. bisa untuk kaum apa saja, termasuk kaum LGBT.

Jadi, kaum LGBT Insya Allah bisa berubah jadi manusia normal jika mereka mau berusaha. Apalagi kalau yakin pada kekuasaan Allah. Apa sih yang tidak mungkin bagiNya?

(PERKECUALIAN tentu saja untuk hal2 yang melawan hukum alam. Namun berkat izin Allah, tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini)
Alhamdulillah...

Banyak gay yang dulu ahli maksiat, tapi akhirnya mereka taubat dan kembali ke jalan yang benar.


Kebetulan, saya punya sahabat bernama Sinyo. Dia ini pria normal, bukan gay grin emotikon

Beberapa tahun lalu, Sinyo mengikuti sebuah lomba menulis, dan kebetulan temanya mengenai kelainan seksual. Dari sanalah dia akhirnya mengenal sebuah mailing list (milis) bernama "Hijrah Euy".

Milis ini berisikan orang-orang yang memiliki kecenderungan suka sesama jenis, tapi mereka tak ingin berbuat dosa, ingin menjalani hidup normal sesuai aturan agama.
Dari milis inilah, Sinyo akhirnya menulis sebuah buku berjudul "Dua Wajah Rembulan" (DWR), yang berisi kisah kehidupan saudara-saudara kita dari milis "Hijrah Euy" tersebut.

Sejak menulis buku DWR, banyak orang yang menghubungi Sinyo untuk berkonsultasi seputar penyimpangan seksual. Kebetulan Sinyo orangnya sangat baik, suka menolong orang. Dia menikmati situasi seperti itu sebagai ladang amalan untuk bekal menuju surga.

(Banyak juga yang menghubuni Sinyo dengan modus ngajak kencan, karena mengira dia gay. Padahal dia pria normal. Hanya panggilan dakwah yang membuatnya bersedia membantu orang lain)

Belakangan, Sinyo juga menerbitkan sebuah buku mengenai LGBT, berjudul "Anakku Bertanya Tentang LGBT".

Bila ada di antara teman2 yang punya kecenderungan suka sesama jenis, dan ingin menjalani hidup sesuai aturan agama, coba gabung dengan website dan group FB buatan Sinyo yang ingin membantu Anda untuk kembali menjadi normal, kembali ke jalan yang benar:

http://pedulisahabat.org/
https://www.facebook.com/groups/pedulisahabat2014/

Semoga bermanfaat, dan silahkan SHARE sebanyak-banyaknya, agar makin banyak teman-teman kita yang terbantu.

Thanks,
@Jonru @jonruginting smile emotikon


Selanjutnya saya sampaikan tentang bagaimana Runtuhnya Teori Gen Gay yang bisa dibilang juga pihak-pihak yang MENOLAK LGBT. Adapun isinya sebagai berikut : 

PENELITIAN GEN GAY
Ilmuwan pertama yang memperkenalkan teori “Gen Gay” adalah Magnus Hirscheld dari Jerman pada 1899, yang menegaskan bahwa homoseksual adalah bawaan. Dia kemudian menyerukan persamaan hukum untuk kaum homoseksual.

Pada 1991, peneliti Dr.Michael Bailey dan Dr.Richard Pillard melakukan penelitian untuk membuktikan teori tersebut. Mereka meneliti pasangan saudara: kembar identik, kembar tidak identik, saudara-saudara biologis dan saudara-saudara adopsi; salah satu di antaranya adalah seorang gay. Riset tersebut menyimpulkan adanya pengaruh genetik dalam homoseksualitas. Terdapat 52% pasangan kembar identik dari orang gay berkembang menjadi gay. Hanya 22% pasangan kembar biasa yang menunjukkan sifat itu. Saudara biologis mempunyai kecenderungan 9,2%, dan saudara adopsi 10,5%. Namun gen di kromosom yang membawa sifat menurun itu TIDAK BERHASIL DITEMUKAN.

Pada 1993, riset dilanjutkan oleh Dean Hamer, seorang gay, yang meneliti 40 pasang kakak beradik homoseksual. Hamer mengklaim bahwa satu atau beberapa gen yang diturunkan oleh ibu dan terletak di kromosom Xq28 sangat berpengaruh pada orang yang menunjukkan sifat homoseksual. Hasil riset ini meneguhkan pendapat kaum homoseksual bahwa homoseksual adalah fitrah / bawaan, bukan penyimpangan sehingga mustahil bisa diluruskan.
Hasil penelitian dari seorang gay inilah yang kemudian dipakai sebagai senjata kuat mereka untuk memperjuangkan hak-haknya.

Lantas apakah para peneliti lainnya percaya begitu saja?
Sampai 6 tahun kemudian, gen pembawa sifat homoseksual itu tidak juga diketemukan real-nya. Dean Hamer pun akhirnya mengakui bahwa risetnya tidak mendukung bahwa gen adalah faktor utama yang melahirkan homoseksualitas.

“Kami menerima bahwa lingkungan mempunyai peranan membentuk orientasi seksual … Homoseksualitas secara murni bukan karena genetika. Faktor-faktor lingkungan berperan. Tidak ada satu gen yang berkuasa yang menyebabkan seseorang menjadi gay … kita tidak akan dapat memprediksi siapa yang akan menjadi gay.”
Hamer mengakui bahwa risetnya gagal memberi petunjuk bahwa homoseksual adalah bawaan.

“Silsilah keluarga gagal menghasilkan apa yang kami harap temukan yaitu sebuah hukum warisan Mendelian yang sederhana. Faktanya, kami tidak pernah menemukan dalam sebuah keluarga bahwa homoseksualitas didistribusikan dalam rumus yang jelas seperti observasi Mendel dalam tumbuhan kacangnya.”
Pada 1999, Prof. George Rice dari Universitas Western Ontario, Kanada, mengadaptasi riset Hamer dengan jumlah responden yang lebih banyak. Rice dan tim memeriksa 52 pasang kakak beradik homoseksual untuk melihat keberadaan empat penanda di daerah kromosom. Hasilnya menunjukkan, kakak beradik itu tidak memperlihatkan kesamaan penanda di gen Xq28 kecuali secara kebetulan. Para peneliti tersebut menyatakan bahwa segala kemungkinan adanya gen di Xq28 yang berpengaruh besar secara genetik terhadap timbulnya homoseksualitas dapat ditiadakan. Sehingga hasil penelitian mereka tidak mendukung adanya kaitan gen Xq28 yang dikatakan mendasari homoseksualitas pria.

Penelitian juga dilakukan oleh Prof Alan Sanders dari Universitas Chicago, di tahun 1998-1999. Hasil riset juga tidak mendukung teori hubungan genetik pada homoseksualitas. Penelitian Rice dan Sanders tersebut makin meruntuhkan teori “Gen Gay”.
gen gay(source: trueorigin.org/gaygene01.php | click to enlarge)

Ruth Hubbard, seorang pengurus “The Council for Responsible Genetics” yang juga penulis buku “Exploding the Gene Myth” mengatakan:

“Pencarian sebuah gen gay bukan suatu usaha pencarian yang bermanfaat. Saya tidak berpikir ada gen tunggal yang memerintah perilaku manusia yang sangat kompleks. Ada berbagai komponen genetik dalam semua yang kita lakukan, dan adalah suatu kebodohan untuk menyatakan gen-gen tidak terlibat. Tapi saya tidak berpikir gen-gen itu menentukan.”
Simak wawancara bersama Ruth Hubbard di http://gender.eserver.org/exploding-the-gene-myth.html
Hasil riset-riset di atas, meski menemukan adanya link homoseksual secara genetika, namun menyatakan bahwa gen bukanlah faktor dominan dalam menentukan homoseksualitas.
Sumber pemaparan saya di atas:

Sudah puluhan tahun dilakukan penelitian terhadap gen homoseksual tapi tidak ada fakta ilmiah yang bisa 100 persen mendukung klaim tersebut. Teori yang menyatakan bahwa gay adalah sifat genetis (ciptaan Allah) adalah PROPAGANDA PALSU yang dirilis oleh peneliti yang gay. Teori Gen Gay sifatnya politis, sarat akan kepentingan kaum gay sendiri. Memang ada manusia yang terlahir hermaprodit alias kelamin ganda, tapi tidak ada manusia yang terlahir dengan kelamin normal namun punya kecenderungan homoseks.
Sedikit intermezzo …

Dalam dunia psikologi terdapat Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yang merupakan sebuah ‘kitab’ yang berisi mengenai kriteria gangguan mental. DSM diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), yang selama ini dijadikan panduan bagi para psikolog dan psikiater untuk menentukan diagnosa seseorang jika terjadi kelainan, penyimpangan atau gangguan jiwa.


Pada DSM I tahun 1952, homoseksual masih dikategorikan sebagai Gangguan Jiwa. Pada DSM selanjutnya, sedikit demi sedikit homoseksual semakin ‘dikaburkan’, dari gangguan kepribadian sosiopath, kemudian dikategorikan penyimpangan sex, hingga kemudian HILANG!, dikategorikan bukan gangguan jiwa pada DSM IV tahun 1994.

Yang mengejutkan, lima dari tujuh orang tim task force DSM adalah gay dan lesbian, sisanya adalah aktivis LGBT [Hidayatullah]. Wah, ternyata DSM dibuat dan disusun oleh pengidap kepribadian menyimpang.

Di Indonesia, ada buku saku yang merupakan rangkuman singkat DSM bernama (Pedoman Penggolongan & Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ). Hanya saja, DSM selalu digunakan para aktivis LGBT dan aktivis HAM untuk dijadikan pembenaran bahwa perilaku para LGBT tidaklah menyimpang.

PENYEBAB SESEORANG MENJADI GAY
Bayi yang terlahir di dunia adalah suci dan normalnya manusia menyukai lawan jenisnya. Tapi dalam perjalanan hidup tidak sedikit orang berperilaku homoseksual (gay). Apakah ini berarti perilaku gay bisa menular?

Paul Cameron Ph.D dari Family Research Institute telah melakukan penelitian dan menemukan bahwa di antara penyebab munculnya dorongan untuk berperilaku homoseksual adalah pernah disodomi waktu kecil. Berbagai contoh kasus di Indonesia yang disebutkan di sini adalah buktinya. Penyebab lainnya adalah pengaruh lingkungan, yaitu sbb:

  1. Sub-kultur homoseksual yang tampak dan diterima secara sosial, yang mengundang keingintahuan dan menumbuhkan rasa ingin mencoba.
  2. Pendidikan yang pro-homoseksual (bayangkan bila di sekolah-sekolah kita –seandainya para pendukung homoseks berhasil menggolkan agenda politik mereka—ada kurikulum tentang kesetaraan seksual, setiap orang berhak jadi apa saja, heteroseksual atau homoseksual).
  3. Toleransi sosial dan hukum terhadap perilaku homoseksual.
  4. Adanya figur yang secara terbuka berperilaku homoseksual.
  5. Penggambaran bahwa homoseksualitas adalah perilaku yang normal dan bisa diterima.
Penelitian Cameron menunjukkan bahwa kecenderungan homoseksualitas bisa disembuhkan karena perilaku seks manusia sebenarnya bisa dikendalikan. Silakan baca lengkapnya di sini: http://www.biblebelievers.com/Cameron3.html

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kepedulian dimulai dari keluarga dan lingkungan kita, ketidakpedulian membuat manusia sendiri tidak memanusiakan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, maka segala indikasi disorientasi yang terjadi di masyarakat bisa saja berdampak siapapun. Tidak bisa lagi soal perilaku seksual yang menyimpang disebut sebagai urusan privat.

Jadi, kalau para aktivis liberal yang membela homoseksualitas memberikan argumen seperti ini: “Setiap orang berhak memiliki orientasi seksual masing-masing. Karena itu tidak boleh ada penindasan terhadap orang dengan orientasi seksual yang berbeda.”

Maka kita bisa memakai logika untuk menjawab argumen di atas:
Jika seseorang merasa berhak menjadi homoseks, it’s fine, tapi dia TIDAK BERHAK menularkannya kepada orang lain!


Demikianlah pembaca yang budiman, Heboh LGBT dalam pandangan kelompok yang mendukung dan kontra. Pembaca dapat mengambil kesimpulan sendiri atau bahkan mungkin ingin bergabung dalam kelompok-kelompok tersebut. Pilihan ada ditangan anda semua pembaca,, 


Salam Sehat,
KesmasOnline ~ News and Information


sumber :
http://www.suarakita.org/2014/02/penjelesan-ilmiah-kedokteran-mengenai-lgbt-dari-dokter-ryu-hasan/
http://iwanyuliyanto.co/2013/12/08/runtuhnya-teori-gen-gay/
https://www.facebook.com/jonru.page/posts/10153499367144729:0

×
Berita Terbaru Update