Notification

×

Iklan

Iklan

MISKONSEPSI FUNGSI SERAT

Selasa, 28 April 2015 | 06:48 WIB Last Updated 2015-04-27T23:49:32Z
Sayangnya fungsi serat seperti ini sering sekali disalah artikan oleh banyak pihak. Awam atau ahli kesehatan sekalipun! Ini dikarenakan pemahaman ilmu gizi yang terintegrasi dengan pengetahuan fisiologis di cabang kesehatan konvensional memang buruk dan salah arah.
Diare semisal, karena serat identik dengan konsep pencernaan sehat, dimana salah satu katalisatornya adalah mudah melakukan BAB, sering penderita diare justru malah dilarang mengkonsumsi makanan berserat, “nanti diarenya gak berhenti-berhenti” ini salah satu kalimat ‘ngawur’ yang paling sering diucapkan. Percaya deh, bahkan seorang ahli kesehatan senior pun pernah saya dapati bicara demikian.
Padahal kalau kita paham, definisi fungsi paling dasar dari diare sekalipun, kita akan tahu bahwa, diare tidak seharusnya dihambat. Ia justru harus difasilitasi. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga agar tubuh tidak dehidrasi, salah satunya dengan mengkonsumsi air putih berkualitas dalam jumlah cukup. Serunya lagi, makanan kaya serat itu biasanya kaya akan air, sehingga efek samping diare, kekurangan cairan, bisa diatasi. Singkat kata, saat diare, konsumsi makanan berserat dengan cara benar malah mengatasi masalah tersebut secara multi dimensi.
Hal sama juga umum terjadi pada banyak penyakit umum yang identik dengan sistem pencernaan, typhoid atau tipus, luka pada lambung, pada usus, problem usus buntu sampai ke kanker sistem cerna.  Miskonsepsi ini membuat masalah kesehatan yang sebenarnya sederhana itu menjadi seperti sulit disembuhkan bahkan cara pencegahannya tidak diketahui secara pasti?
Nanti kapan-kapan kita bahas deh.
Konsumsi makanan minim serat serta tinggi protein yang umum jadi menu penderita penyakit diatas. Justru malah menyulitkan penyembuhan. Bubur semisal, karena sifat bubur yang lunak, jarang orang mengunyah dan mencampurnya dengan air liur secara baik, walhasil walau lunak, karena enzyme amylase dalam air liur tidak mampu mencapai dan memprosesnya, saat masuk lambung, bubur menjadi makanan yang sulit dicerna, karena tidak dipilah menjadi lebih sederhana. Beban bagi sistem cerna lanjutan, terutama  dari usus halus hingga besar.
Hal serupa terjadi bila makanan tinggi protein dijadikan menu bagi mereka yang sakit. Kembali  pada logika tube pasta gigi tadi diatas. Pikir deh, usus yang sedang bermasalah (umumnya reaksi turunan dalam bentuk peradangan) harus bekerja keras memijit makanan agar sekedar bisa lewat? Bayangkan sudah sakit, diberi makanan yang menyiksa sistem cerna?
Mirip dengan fenomena sudah jatuh tertimpa tangga bukan? (erykar.com)

×
Berita Terbaru Update